Breaking News
Loading...
Minggu, 16 Desember 2012

Ilmu Laduni


Ilmu laduni terdiri atas dua kata bahasa Arab, "ilmu", dan "laduni". Menurut Imam al-Raghib al-Raghib al-Ashfany, bahwa kata "laduni" lebih dikhususkan pada arti "sisi" atau "samping". Dikatakan demikian karena kata tersebut menunjukkan atas sesuatu permulaan yang berbatas akhir (ibtida' nihayah). Misalnya, saya berdiri di sisinya mulai terbit matahari hingga terbenamnya (matahari itu). Pendapat senada disampaikan oleh Jamaludiin bin Hisyam al-Anshari bahwa kata laduni identik dengan kata "inda" atau "li al-qurbi" (dekat).

Jadi secara etimologis atau makna bahasa, ilmu laduni adalah ilmu pengetahuan yang datang dari sisi Allah yang diberikan kepada manusia. Dari pengertian ini, makna setiap orang yang memiliki pengetahuan hakikatnya ia memperoleh ilmu laduni, sebab apabila dikaitkan dengan keyakinan bahwa segala sesuatu datang dari Allah (kullun min ‘indillah), maka semua jenis ilmu pengetahuan uyang dimiliki manusia adalah laduni. Namun pengertian ini oleh sebagian orang ditolak, karena laduni sangat ditentukan dan didasari oleh pengalaman batin secara khusus diberikan kepada Allah kepada hamba-Nya yang dicintai, waliyullahatau mahbubillah.

Pengertian laduni yang terakhir ini puncaknya melahirkan pemahaman beragam yang secara terminologi sangat dipengaruhi oleh kondisi pengalaman mereka yang memperolehnya. Bahkan mungkin juga situasi dan lingkungan yang mengintervensi kehidupannya. Seperti seseorang yang mempunyai garis keturunan “darah biru”, ia hidup dalam stigma pengakuan orang sekitarnya. Sehingga ketika ia bertingkah laku di luar kebiasaan masyarakat kebanyakan, ia digolongkan orang yang memiliki ilmu laduni. Dari fenomena ini ada yang menganggap laduni itu sakral dan berat, karena tidak sembaran orang mendapatkannya, dan ada juga yang menganggap biasa-biasa saja tanpa terpengaruh oleh situasi dan kondisi yang menyertainya.

Kendati demikian, di tengah masyarakat sampai saat ini ilmu laduni tetap berjalan melalui pemahaman linier di atas kesakralan dan eksklusifme yang tinggi. Seolah ilmu tersebut hanya dimiliki orang orang tertentu, kaum khawas termasuk putra-putra kiai yang berlabel Gus. Anehnya ilmu laduni ering dianggap sebagai ilmu tiban yang datang tanpa proses belajar, muncul secara tiba-tiba. Padahal apabila ditelusuri dengan seksama kebanyakan di antara mereka yang diduga mempunyai ilmu laduni juga mengalami proses belajar, hanya saja orang lain di sekitarnya tidak mengerti bagaimana mereka menjalani proses pembelajaran.

Dalam Tafsir Al-Kasyif disebutkan, yang dimaksud dengan “min ladunna ‘ilman” adalah ilmu ghaib. Meurut kalangan tasawuf ilmu laduni ialah yang datang dengan sendirinya tanpa ada perantara.

Ilmu laduni merupakan rahmat Allah atau bahkan wahyu Allah yang ditiupkan ke dalam roh manusia yang dipilih oleh-Nya. Maka kekuatan itu biasanya dimiliki orang-orang sufi, wali-wali Allah, dan tentu saja para Nabi dan Rasul. Bahkan terkadang juga memancar dari sosok kiai, tabib, dan santri yang terpilih.

Ciri Ciri Orang Yang Mendapatkan Ilmu Laduni
Mengikuti pemikiran Imam al-Ghazali bahwa orang yang sampai pada martabat ilmu laduni, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
  • -          Tidak butuh banyak usaha (belajar) untuk mengahsilkan ilmu
  • -          Tidak menemukan kesulitan dalam belajar
  • -          Belajar sedikit, hasilnya banyak
  • -          Sedikit lelah dan istirahatnya panjang
Ditinjau dari sifat dan watak seseorang yang memiliki ilmu laduni adalah bersifat rendah hati, rendah diri dan tidak pernah menonjolkan kekuatan batinnya, jauh dari sifat takabur, menghindarkan diri dari sifat tercela, seperti marah, dengki, kikir, bakhil, riya’, dendam, dan lain sebagainya.

Dalam dunia tasawuf untuk mempunyai ilmu laduni atas kehendak Allah, terlebih dahulu harus menjadi seorang sufi. Adapun jalan menuju sufi yang benar menurut Allah harus mengamalkan beberapa amalan kebaikan, di antaranya adalah sebagai berikut:
  • -          Dzikrullah, baik lisan maupun hati
  • -          Ma’rifatullah,
  • -          Mengenal Asma Allah berikut sifat-sifatNya, baik wajib, mustahil maupun jaiz.
  • -          Suci lahir batin
  • -          Menyandarkan diri kepada Allah
  • -          Muraqabah (Selalu merasa dilihat Allah)
  • -          Cinta atau mahabbah kepada Allah
  • -          Ikhlas beribadah dan beramal
  • -          Sabar
  • -          Takwa (menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya)
  • -          Wara (meninggalkan diri dari perbuatan yang subhat)
  • -          Zuhud dan implementasinya
  • -          Qona’ah (menerima ketentuan dari Allah)
  • -          Tawakal
  • -          Suka bersyukur kepada Allah (baik senang maupun susah)
  • -          Memerangi hawa nafsu
  • -          Ingin selalu bertemu dengan Allah
  • -          Tawadlu’
  • -          Berdoa, dan lain sebagainya
  •  
Sumber : Harits, Busyairi. 2005. Ilmu Laduni dalam Perspektif Teori Belajar Modern.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

-->

0 komentar:

Posting Komentar

 
Toggle Footer